Korban pembunuhan yang ditemukan di tepi sawah di desa Bungbulang Selaeurih, Sukabumi, Jawa Barat, dikatakan sebagai tubuh seorang wanita yang merupakan lulusan dari Institut Penelitian Pertanian Botani D III (IPB).
"Pesan keponakan saya akan kembali dari Bogor ke rumahnya di Cianjur, Jawa Barat, dan kemudian melanjutkan studi sarjana di IPB. Namun, pada hari Minggu malam (21/7), kami kehilangan kontak dengan berita yang mengatakan bahwa itu ditemukan tewas. dalam kondisi tragis, "Paman Paman Columba, RSUD R Syamsudin SH di Kota Subabumi, Selasa mengatakan.
Menurutnya, sebelum kehilangan kontak keluarga dan kolega korban punya waktu untuk berkomunikasi. Gunalan mengatakan Angkatan Udara takut karena ia bepergian dengan transportasi umum dalam kondisi terbuka dari arah Bogor ke Cianjur.
Namun, setelah 10 malam, WIB pada hari Minggu (21 Juli) tidak dapat menghubungi nomor ponsel korban lagi dan segera kehilangan kontak. Karena tidak ada berita, keluarga segera mencoba melaporkan kasus tersebut ke polisi.
Pada hari Senin (22 Juli), sekitar 6:30 pagi, warga Divisi Babakan dari Divisi Cibeureum ditemukan dikejutkan oleh tubuh seorang wanita yang hampir tidak memiliki pakaian di tepi sawah di desa Cibeureum Babakan. Daerah.
Hasil investigasi tubuh wanita juga ditransmisikan ke telinga keluarga korban. Bahkan hasil pencarian untuk lokasi terakhir dari ponsel sinyal milik alumni IPB berada di Sukabumi. Tentu saja, hal itu semakin memperkuat kecurigaan keluarga korban terhadap Sukabumi, dan tubuh perempuan tersebut memang AU.
"Kami menduga Amel diculik dan dirampok, dan tubuhnya dibuang di Sukabumi, berharap Amel bukan korban pemerkosaan. Karena ketika ia menemukan bahwa barang-barangnya hilang, seperti ponsel, laptop dan lain-lain, hanya Rp. kiri, 1.000, "jelasnya. .
AKBP Susatyo Purnomo Condro, direktur Departemen Kepolisian Kota Sukabumi, mengatakan partainya masih diselidiki. Padahal, berdasarkan hasil otopsi dan otopsi forensik RSUD R Syamsudin SH, para korban pertama kali mengalami kekerasan fisik sebelum kematian mereka.
Otopsi terdiri dari seorang dokter forensik dari RSUD R Syamsudin SH di Kota Sukabumi, yang mengungkapkan mayat itu kepada Angkatan Udara sebelum kematian seorang korban kekerasan alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Forensik Dr. Nurul Aida Fatia mengatakan: "Beberapa luka dan memar ditemukan dalam hasil post-mortem, terutama di daerah wajah dan lengan, diduga karena bentrokan yang keras. Tetapi karena senjata tajam tidak terluka."
Kemudian di alat kelaminnya, ketika korban ditemukan di desa Bababakan, lingkungan Cibeureum memiliki bercak darah, tetapi seperti darah menstruasi. Namun, salah satu pihaknya masih menunggu hasil laboratorium untuk menentukan apakah darah tersebut adalah darah menstruasi dan dengan atau tanpa dugaan pemerkosaan.
Menurutnya, kekerasan yang blak-blakan di sekitar wajah dan dagu korban terlihat seperti kekurangan oksigen. Namun, masih belum jelas apakah akan mati lemas atau tidak sebelum mati. Nurul mengatakan, kematian korban diperkirakan antara 12 dan 18 jam jika membentang sejak ditemukan.
Untuk mengetahui apakah korban pernah mengalami penyebab lain dari kekerasan seksual sebelum kematiannya, ia masih menunggu hasil laboratorium, diperkirakan 2 jam 24 jam atau Rabu (24/7).
“Dari hasil pemeriksaan wajah, rahang, dan lengan, jelas bahwa sebelum mereka meninggal, mereka bersuara keras dan mereka sangat terkesan sebelum kekurangan oksigen. Jika bukti lain ditemukan, kami masih menunggu hasil Laboratorium, "tambahnya.
Pada saat yang sama, Direktur Polisi Kota Sukabumi AKBP Susatyo Purnomo Condro mengatakan bahwa salah satu pihaknya telah memeriksa beberapa saksi yang menemukan mayat korban dan keluarga almarhum AU, yang berada di desa Sayang di distrik Cianjur. Warga
Selain itu, partainya berkoordinasi dengan petugas polisi lainnya untuk mengungkap mayat wanita yang diduga sebagai korban pembunuhan.
评论
发表评论